Kamis, 25 Juli 2013

Pendidikan Gratis: Sebuah Tinjauan

Tidak bisa dipungkiri betapa mudahnya anak-anak sekarang memasuki dunia sekolahan. Serba gratis. Tidak seperti zaman di saat saya sekolah dulu. Banyak anak-anak usia sekolah yang harus menjauh dari sekolah lantaran benturan biaya. Anehnya, banyak juga anak-anak dari keluarga mampu yang tidak sekolah. Kenapa? Mereka, pada prinsipnya, sekolah nggak sekolah tetap punya harta. Prinsip yang meracuni masyarakat pada saat itu menelantarkan turunannya pada era globalisasi sekarang ini. Yang sukses adalah mereka yang berprinsip bahwa pendidikan adalah harta yang tak akan punah. Mereka tidak diinabobokan oleh harta yang melimpah ruah. Mereka justru memanfaatkan hartanya walau harus menipis demi menjadi orang-orang cerdas. Disamping itu, tidak sedikit dari keluarga yang berstatus ekonomi lemah yang berhasil lantaran ditempah oleh keadaan yang serba kekurangan. Mereka membanting tulang demi kebutuhan anak-anak mereka. Mereka tabah dan sabar. Akhirnya, tidak sedikit dari mereka yang mampu bertahta dalam berbagai bidang. Apa lagi yang menjadi alasan anak-anak sekarang untuk tidak menuntut ilmu? Upaya pemerintah sungguh luar biasa memperhatikan pendidikan. Dalam benak saya, anak-anak sekarang kurang tantangan. Banyak di antara mereka yang merasa tidak tertantang. Mereka tidak ikut merasakan betapa susahnya orang tua membanting tulang lantaran biaya pendidikan seratus persen di luar tanggungan orang tua. Tidak seperti mereka pada era saya dulu, mereka yang dari keluarga kurang mampu betul-betul bersungguh-bersungguh menuntut ilmu (belajar) karena mereka selalu ikut merasakan jerih payah orang tuanya dalam pembiayaan sekolah. Konklusi saya masalah bermutu tidaknya pendidikan sekarang sangat dipengaruhi oleh faktor pembiayaan dan kesadaran. Bukan dari faktor siapa yang mengajar. Sebab, semakin besar biaya pendidikan maka seseorang, yang memiliki kesadaran terhadap pengorbanan orang tuanya, akan memiliki kualitas yang tinggi. Sebaliknya, semakin gratis pendidkan seseorang, yang tidak memiliki kesadaran terhadap pemanfaatan fasilitas pendidikan tersebut, professor lulusan dari langit sekalipun yang menjadi gurunya, akan membentuk luaran yang nihil. Lantas, siapa yang berhasil. Jawabnya adalah mereka yang memiliki kesadaran. Ide akhir dalam celoteh ringan ini adalah faktor penanaman kesadaran. Sebaiknya pemerintah kita mencari ajian sakti untuk menanamkan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan, baru memberlakukan pendidikan gratis. Anak-anak sekolah negeri ini adalah anak-anak yang belum siap untuk menjadi anak-anak manja, tetapi tipe mereka adalah maju karena tantangan. S.Amin Manji 240713

Kamis, 13 Desember 2012

Kurikulum 2013, 10 Mata Pelajaran

Dalam kurikulum  2013, jumlah mata pelajaran berkurang dari 12 mata pelajaran menjadi 10 mata pelajaran, yaitu:

    Pendidikan Agama,
    PPKn,
    Bahasa Indonesia,
    Matematika,
    Seni Budaya,
    Penjaskes dan Olah Raga,
    Bahasa Inggris
    IPA,
    IPS,
    Prakarya

Dengan kurikulum 2013, IPA dan IPS sudah muncul, tetapi tetap sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu.

"Bahasa Inggris sudah mulai diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa anak-anak," ujar Menikbud, Mohammad Nuh.

Sementara itu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri akan diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada.

"Muatan lokal itu masuk ke Seni Budaya, Penjaskes, dan Prakarya kalau tingkat SMP. Tingkatan ini juga TIK tidak akan berdiri sendiri, tapi jadi media untuk semua mata pelajaran," kata Nuh.


Senin, 10 Desember 2012

Pembelajaran di Sekolah Bebasis Website sudah saatnya

  
Peranan Website Di Sekolah Seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi, Internet menjadi salah satu ‘kebutuhan pokok’ dalam aktifitas mencari informasi.

Perkembangan teknologi informasi pada saat ini khususnya teknologi internet. Tidak menutup kemungkinan banyak potensi dan sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Sekarang ini, pemanfaatan teknologi informasi tidak sekedar sebagai fasilitas bagi dunia pendidikan untuk memperoleh informasi-informasi terbaru mengenai pendidikan terutama di Indonesia. Website Sekolah menjadi sangat penting dan juga dapat memberikan kesan baik dan profesionalisme bagi sekolah tersebut.

Perkembangan teknologi dan sumber informasi dari seluruh media, ternyata media internet untuk saat ini sangat digemari oleh anak - anak. Informasi yang didapat selain cepat, akurat juga dapat digunakan dan diperoleh dimana saja.

Pengguna internet saat ini sangat diminati oleh anak anak melakukan pencarian informasi atau ilmu pengetahuan. Ini membuktikan bahwa anak - anak semakin tidak mau disibukan dengan keterbatasan waktu dan kesempatan untuk melihat informasi.

Untuk Membuat website sekolah sekarang menjadi mudah karena banyak yang menawarkan Jasa Pembuatan Website. Baik itu Website Sekolah, Website Perusahaan dan website pribadi, dan untuk anda yang tidak mau pusing membuat website bisa memanfaatkan Jasa Pembuatan Website

Kurikulum Baru 2013


Kurikulum Baru 2013 Lebih Ramah Teknologi?
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh menyatakan bahwa kurikulum baru lebih mengutamakan kepentingan para siswa agar menguasai teknologi. Rancangan kurikulum baru 2013 terus disosialisasi serta diuji publik oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tiga tahun lagi, atau pada 2016, kurikulum tersebut diharapkan bisa diimplementasi secara keseluruhan.

 "Kita membuka diri menerima masukan soal kurikulum baru ini," kata M. Nuh dalam Sosialisasi dan Uji Publik Kurikulum 2013 di hadapan puluhan Kepala Dinas Pendidikan se Jawa Timur dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan di Hotel Garden Palace Hotel, Surabaya, Minggu 9 Desember 2012.

 Mantan Rektor Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) ini menjelaskan, kurikulum baru ini didasari perkembangan dunia, kemajuan teknologi informasi, masalah lingkungan hidup, serta kebangkitan industri kreatif dan budaya.

 Kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan generasi emas yang mempunyai sifat produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. "Dalam kurikulum 2013, kami menargetkan para siswa mampu mengamati, menyimak, melihat, membaca, mendengar, bertanya, bernalar, mencoba, dan mengkomunikasikan," kata M. Nuh


 Kurikulum baru berisi basis kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Guru dituntut banyak mencari tahu agar para siswa bisa dengan mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi.

 Tak hanya itu, Nuh menambahkan, para siswa akan didorong memiliki tanggung jawab lingkungan, kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan berfikir kritis agar terbentuk generasi yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

Kurikulum Baru 2013, Jam Belajar Bertambah  
TEMPO.CO, Surabaya - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh menyatakan, dalam penyusunan kurikulum baru, pihaknya lebih mengutamakan kepentingan para siswa agar menguasai. Baru setelah itu, penyusunan materi.

Rancangan kurikulum baru 2013 terus disosialisasikan dan diuji publik oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Diharapkan, tiga tahun kemudian atau 2016 dapat diimplementasikan secara keseluruhan.

"Kami akan membuka diri menerima masukan terhadap kurikulum baru ini," kata Nuh di hadapan puluhan Kepala Dinas Pendidikan se-Jawa Timur dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan di Surabaya, Ahad, 9 Desember 2012.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Harun, mengatakan dalam penerapan kurikulum baru tahun depan, meskipun ada pengurangan mata pelajaran, pengurangan ini tidak berpengaruh terhadap jam mengajar guru.

"Sebaliknya, jumlah jam mengajar akan bertambah rata-rata empat sampai enam jam," ujar Harun. Siswa SD nantinya belajar di sekolah kurang lebih 36 jam per minggu. Selama ini, hanya 26 jam seminggu.

Siswa SMP dari 32 jam menjadi 38 jam pelajaran per minggu. Adapun tingkat SMA relatif sama dan tak ada perubahan signifikan.

Mengacu kurikulum baru, jumlah mata pelajaran SMP yang semula 12 nanti menjadi 10 mata pelajaran. Mata ajar muatan lokal dan pengembangan diri akan melebur ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya.

Sedangkan mata pelajaran yang lain tetap, yakni Pendidikan Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya (muatan lokal), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta Prakarya.

Untuk SD yang semula 10 mata pelajaran akan menjadi enam mata pelajaran, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, serta Kesenian. Di lain pihak, materi IPA dan IPS menjadi tematik di pelajaran-pelajaran lainnya.



Mendikbud siapkan "master teacher" kurikulum 2013

Minggu, 9 Desember 2012 16:33 WIB | 2861 Views

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh (FOTO ANTARA)
akan menyiapkan "master teacher" (guru utama)...
Berita Terkait

·         Mendikbud: UN tidak terpengaruh perubahan kurikulum

·         Dikbud siapkan buku babon untuk kurikulum 2013

·         Mendikbud saksikan Pagelaran Tari Nusantara di Mataram

·         Mendikbud: Kurikulum 2013 juga tekankan estetika

·         Mendikbud: seniman dan budayawan patut diperhatikan



Kamis, 06 Desember 2012

PENERAPAN LESSON STUDY DALAM PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

LESSON STUDY : DASAR PEMIKIRAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

Apa yang dimaksud dengan perangkat pembelajaran dalam lesson study ? Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran atau digunakan pada tahap tindakan (do) dalam kegiatan lesson study.

Apa tujuan penyusunan perangkat pembelajaran ? Lesson study adalah kegiatan yang direncanakan, dilakukan dan dinilai bersama oleh kelompok lesson study. Keberhasilan dan kegagalan kegiatan adalah tanggung jawab bersama semua anggota kelompok. Oleh karena itu tujuan penyusunan perangkat pembelajaran adalah agar segala sesuatu yang telah direncanakan bersama dapat tercapai.

Bagaimana menyusun perangkat pembelajaran dalam lesson study ? Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi siwa , baik potensi akademik, potensi kepribadian dan potensi sosial ke arah yang lebih baik menuju kedewasaan. Dalam proses ini diperlukan perangkat pembelajaran yang disusun dan dipilih sesuai dengan kompetensi yang akan di kembangkan.

Apakah perangkat pembelajaran lesson study berbeda dengan perangkat pembelajaran biasa? Pada dasarnya perangkat pembelajaran lesson study tidak berbeda dengan perangkat pembelajaran yang biasa disiapkan oleh masing-masing guru di sekolah. Namun karena pembelajaran dalam program lesson study dirancang untuk keperluan peningkatan pembelajaran yang inovatif dan melibatkan kelompok guru serta dimungkinkan untuk dijadikan sebagai ajang penelitian tindakan kelas, maka dalam perencanaannya perangkat pembelajaran harus disusun bersama (kelompok guru), secara seksama, sistematis dan terukur.

 Dasar pemikiran Penyusunan perangkat Pembelajaran dalam lesson study.
1. Kompetensi dasar yang akan di kembangkan .
Dalam kurikulum KTSP guru dituntut untuk mempunyai kreativitas lebih dalam merancang pembelajaran, agar kompetensi dasar yang telah di tetapkan dapat tercapai. Ada tiga aspek dalam kompetensi dasar untuk siswa SMP yang
harus dicapai, yaitu kompetensi akademik meliputi penguasaan konsep dan metode keilmuan, kompetensi pribadi yang menyangkut perkembangan etika dan moral, serta kompetensi sosial. Ketiga kompetensi ini dikembangkan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu harus nampak dalam perangkat pembelajaran, mulai dari rencana pembelajaran sampai evaluasi proses pembelajaran.

 2. Karakteristik materi pelajaran atau pokok bahasan
Setiap materi pelajaran mempunyai sifat masing masing. . Materi IPA akan berbeda dengan matematika. Matematika dengan sifat materinya yang abstrak memerlukan perangkat pembelajaran yang mampu membuat lebih kongkrit. Sedangkan materi IPA yang umumnya gejalanya dapat diindera , memerlukan perangkat pembelajaran yang membuat anak mampu mengungkap gejala yang ada dan menganalisisnya menjadi suatu pengertian atau konsep yang utuh. Perangkat pembelajaram dalam rangka kongkritisasi persoalan maupun dalam rangka konseptualisasi fakta perlu di susun dengan mempertimbangkan kaidah keilmuan masing-masing agar pengertian yang akan di peroleh siswa tidak menyimpang dari kaidah keilmuan yang berlaku. Dalam rangka lesson study hendaknya guru mampu memilih dan mengorganisasi materi pelajaran dan
mengemasnya sebagai bahan ajar sebagai salah satu perangkat pembelajaran. Dalam hal ini guru hendaknya tahu persis konsep esensial materi tersebut agar tidak mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran.

Subyek didik dalam proses pembelajaran pada hakekatnya adalah pribadi yang kompleks yang berbeda antara satu dengan lainnya.. Walaupun mereka ada dalam kelas yang sama namun kenyataannya dalam banyak hal mereka berbeda.. Variabel subyek didik yang perlu di pertimbangkan dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah ; (1) tingkat perkembangan kognitifnya, (2) langgam belajarnya , (3) lingkungan sosial budayanya., (4) keterampilan motoriknya. dan lain-lain. Tidak jarang perangkat pembelajaran yang kita buat tidak dapat dipergunakan secara optimal karena kita mengabaikan karakteristik subyek didik. Dalam pembelajaran untuk lesson study perubahan perilaku siswa ini menjadi fokus perhatian. Seorang guru model dalam proses refleksi sesudah pembelajaran akan menguraikan/menyampaikan tentang semua kondisi yang
dia ciptakan untuk membelajarkan siswa., sesuai dengan program pengembangan yang di rencanakan. Hal ini sangat penting karena refleksi para
observer tidak di tujukan kepada performance guru, tetapi tertuju pada cara guru mengelola kegiatan pembelajaran dan aktifitas belajar siswa..

4. Pemilihan model pembelajaran .
Setiap model pembelajaran yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran mencerminkan urutan pembelajaran yang terjadi . Urutan pembelajaran model deduktif misalnya akan berbeda dengan urutan pembelajaran model induktif. Demikian juga dengan model- model pembelajaran yang lain. Pilihan model pembelajaran ini akan mewarnai penyusunan perangkat pembelajaran , terutama dalam penyusunan skenario pembelajaran dan penyusunan lembar kegiatan siswa. Dalam pelaksanaan lesson study penetapan model pembelajaran, terutama yang inovatif diharapkan mampu mengubah paradigma pembelajaran dari pola pembelajaran yang terpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan murid, baik dalam mengekplorasi gejala, memecahkan masalah maupun dalam proses pembangunan konsep, ecara kooperatif di dalam kelompok, maupun secara individu..

5. Karakteristik lingkungan sekitar sekolah .
Lingkungan sekolah sebenarnya sangat potensial sebagai sumber belajar. Banyak hal yang dapat dipelajari siswa dari lingkungannya, baik masalah
matematika maupun masalah IPA. Kemampuan anak mengekplorasi lingkungan merupakan bekal penting untuk dapat memecahkan masalah yang timbul di masyarakat , terutama jika kita memilih Contextstual Teaching Learning ( CTL) sebagai model pembelajaran. Pengembangan kecakapan hidup bagi siswa SMP dapat dimulai dari lingkungan sekolah.. Perangkat pembelajaran yang memungkinkan anak belajar di luar kelas mempunyai karakteristik yang agak berbeda dengan perangkat pembelajaran di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran di luar kelas siswa lebih leluasa mengekpresikan dirinya , sehinggaperangkat evaluasi pembelajaran terutama evaluasi afektif lebih mudah untuk diimplementasikan. .

6. Alokasi Waktu
Bagaimanapun waktu merupakan faktor pembatas utama dalam proses pembelajaran, baik bagi proses pembelajaran regular maupun proses
pembelajaran dalam rangka lesson study.

Selasa, 01 September 2009

Pesantren Kilat SMP Negeri 4 Mattirosompe

Kegiatan pesantren kilat yang dilaksanakan di SMPN 4 Mattirosompe merupakan kegiatan rutin setiap bulan Ramadhan yang berlangsung sepekan. Menurut kepala sekolah SMPN 4 Mattirosompe bahwa kegiatan ini merupakan wadah pembekalan nilai-nilai religius kepada setiap warga sekolah terutama siswa sebagai target pelaksanaan. Dengan demikian, lanjut Drs. Abdul Salam, peran sekolah tampak untuk membentengi berbagai pengaruh luar baik dari lingkungan masyarakat maupun dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan teknologi.

Jumat, 29 Mei 2009

TESTS OF GRAMMAR DAN USAGE

Syamsul Bahri, S.S.
(Guru SMPN 4 Mattirosompe-Pinrang Sulsel)

I. Introduction

Grammar is one of the important language elements. It can be called frame of sentences produced either through oral or written communication channel. In this paper, the writers will discuss briefly types of grammar test.

Some of the most common types of objective items used to identify the students’ ability in the case of grammar are noted as follows:

  1. Multiple choice form
  2. Error-recognition form
  3. Rearrangement form
  4. completion form
  5. transforming form
  6. form of the changing of words
  7. Broken sentence form
  8. pairing and matching form
  9. combination form
  10. addition form


These forms of the grammar test above emphasize on the ability to know correct form of the language. They are not connected with semantically view or other areas of language. For example, when a teacher has a student produce a sentence in the form of simple present tense, the student arranges an illogical sentence such as: “I am eating a book”. The sentence is not wrong according to grammatical form, but semantically it is bad sentence.

II. Discussion

In this session the writers note ten forms of grammar test which then discuss in detail one by one. Let discuss the ten forms of grammar test.

A. Multiple choice form

Designing test of multiple choice needs some considerations. Particularly, designer should consider the students ability by applying Bloom’s taxonomy level. Besides, construction of the test should obey the ethics of the test design.

Multiple choice test can be designed with a question, statement, or blank space, then followed with a choice of more than one options. The most common form of the options is constructed four or five options. Let see the following examples:

1. Mr. X always … (A. read B. reads C. will read D. is reading)

2 Mr. X always … a story.

A. read

B. reads

C. will read

D. is reading

A. read

3. Mr. X always B. reads a story.

C. will read

D. is reading

B. Error – Recognition Test

The main point of this test form is to measure the ability to identify either the true or error sentence. The following examples can guide us to construct this test form.

1. Reducing the length of the sentence and correcting the error.

Mr. X gives me two books and he also gives me a pen yesterday.

Become:

Mr. X gave me two books and a pen yesterday.

2. Giving two or four option (true and false) for filling the blank space in the sentence.

Mr. X … me two books and a pen yesterday.

a. give b. gave

C. Rearrangement Form

Rearrangement form is one of the text type which is constructed in the jumbled form, multiple choice, completion. Let see the following examples:

1. Correction arrangement of the sentence

You know how ….

A. it is B. is it

D. Completion Items

Carefully constructed completion items are a useful means of testing a student’s ability to produce acceptable and appropriate forms of language. They are frequently preferable to multiple choice items since they measure production rather that recognition, testing the ability to insert the most appropriate words in selected blanks in sentences. The words are selected for omission are grammatical or functional words (e.g. to, it, in, is, the): content words may be selected in a vocabulary or reading test.

Let study the following examples:

1. Completion form based on the students’ word

Can you see … the children playing

2. Providing a context

Kim usually goes to the cinema about once a week but she … four films already this month and it’s only the 20th today.

3. Providing data

I go to the cinema regularly, but it’s ages since I last saw a play. I go to the cinema regularly, but I … to the theater for months.

4. Using multiple-choice technique

I … to the theatre three times since I last saw you.

A. go C. had gone

B. have been D. went

E. Transformation Form

It is useful for testing ability to produce structures. It can be constructed by using multiple choice form; completing sentence by giving some idea; and changing the sentences according to a given pattern or by using selected words.

F. Changing of Words

This test is constructed by reducing text such as verb (tenses) and word building. Let see the following examples:

1. Verbs: tense, etc.

Researchers (1) to convince that a drug (1) ………………..

they (2) to test can improve the memory and that (2) ……………….

It (3) to be the forerunner of other drugs which (3) ……………….

Eventually (4) to improve mental ability (4) ……………….

2. Word Building

Students who were given the drug for a fortnight did

Considerably (1. well) in tests than others. The tests (1) ………………

Included the (2. memorise) of lists of words as well (2) ……………...

as of (3. inform) from two messages transmitted at (3) ……………..

of the same time. During the first week there was no

(4. notice) difference between the two groups, but (4) ……………..

After a fortnight the group on the drug was found to

Have increased its (5. able) to learn by almost (5) ……………..

Twenty per cent.

G. Broken Sentence Form

This type of item tests the student’s ability to write full sentences from a series of words and phrases, and thus does not allow the test writer to concentrate exclusively on testing those particular grammatical features which may have just been practiced in class.

In the rubric, students should be instructed to make whatever changes are necessary to form good sentences, adding articles, prepositions, etc. Let see the following example:

Take/drugs and stimulants/keep awake/while revise examination/

often be very harmful. /It be far better/lead/balanced life/and get

enough sleep/every night. /There be limit degree and span/

concentration/which you be capable/exert. /Brain/need rest/as much

body. /Indeed, /it be quality/than quantity work/that be important.

H. Pairing and Matching Form

      The item is more useful for testing students’ sensitivity to appropriacy and their awareness of the functions of language rather than their knowledge of grammar (although grammatical clues may prove important in completing this item satisfactorily).
To perform the task required, students are simply required to write the letter of the correct response in the space provided.
       Read the following example
 
               Column 1                               Letter      Column 2
                Going to see the film to night             ……..      A. Most are, I think
                                                                            ……..      B. Yes, I probably like

I. Combination and Addition Form

These objective test forms have long been used in the past tests. They should be used sparingly, however, as they involve largely mechanical responses on the part of the student. Notethat although the separate sentences are linked to another by theme, the items can hardly be described as being contextualized in any real way.

1. Combination form

Students are instructed to join each pair of sentences, using the word in brackets

You finish the paper. Then check your answers carefully. (AFTER)

Some questions may be very difficult. They should be left until later (WHICH)

2. Addition form

Students are instructed to join each pair of sentences, using the word in brackets.

(a) YET Have you answered all the questions?

(b) STILL Some students had not mastered to the correct techniques for

answering examination question.

III. Conclusion.

The previous explanations give us the knowledge to construct the grammatical test more clearly. The emphasis of these grammatical test cover in the form of the sentences, words, and phrases.